Siapa yang tidak mengetahui perusahaan raksaksa ternama Samsung asal negeri ginseng ini? Samsung Group merupakan salah
satu perusahaan elektronik terbesar di dunia. Didirikan oleh Lee Byung-chull
pada tanggal 1 Maret1938 di Daegu, Korea Selatan, perusahaan ini beroperasi di
58 negara dan memiliki lebih dari 208.000 pekerja. Hingga saat ini, Samsung
juga menjadi salah satu merek terbesar di dunia dengan mengeluarkan ponsel
cerdas yang menjadi jawara dalam persaingan bursa pasar gawai. Samsung adalah
salah satu konglomerat (chaebol) Korea Selatan terbesar yang bermula sebagai
perusahaan ekspor pada tahun 1938 dan dengan cepat berkembang ke bidang
lainnya.
Terlepas dari besarnya perusahaan tersebut, tidak dapat mencegah Samsung untuk lepas dari masalah. Yap ! pada tahun 2016 kemarin, Samsung sempat membuat heboh masyarakat diseluruh dunia dengan meledaknya smartphone Galaxy Note 7. Penyebab meledaknya sejumlah
Galaxy Note 7, Samsung disebut akan
segera mengungkap masalah pada perangkat (yang seharusnya) jadi ponsel andalannya
itu. Galaxy Note 7 diluncurkan pada Agustus 2016, lebih cepat sebulan dari
jadwal biasanya, yang kemungkinan dilakukan agar bisa hadir lebih dulu
ketimbang iPhone 7. Namun sejak awal, ponsel asal Korea Selatan ini sudah
menunjukan hal yang tak beres. Tak lama setelah ponsel itu pertama dijual,
sejumlah laporan mengenai meledaknya Galaxy Note 7 langsung menyebar secara
cepat. Kemudian pada awal September, Samsung langsung menghentikan penjualan
ponsel dengan layer 5,7 inch tersebut dan memulai investigasi penyebab
meledaknya. Hal itu memaksa Samsung untuk mematikan produk anyarnya itu, yang
diperkirakan bisa merugikan Samsung setidaknya miliaran dollar. Samsung sendiri
kemudian memperingatkan analis dan para investornya bahwa kasus Galaxy Note 7
bisa menimbulkan kerugian sebesar USD 5,1 Miliar pada keuntungan operasinya
selama tiga kuartal ke depan. (Selasa, 3
Januari 2017)
Cara Menangani kasus : Dilansir
JoongAng llbo, harian asal Korea Selatan yang dikutip detikNet, Samsung akan memberitahukan
ke publik hasil investigasinya terhadap Galaxy Note 7 yang disebut mudah
meledak. Sebelumnya,
para pengamat dan ahli memprediksi ukuran baterai yang tidak umum membuatnya
mudah terbakar. Baterai Note 7 yang bermasalah di batch pertama diketahui
diproduksi oleh anak usaha Samsung sendiri, SDI. Pengumuman tersebut kemungkinan besar akan terjadi pada Januari ini.
Hal ini Samsung lakukan setelah pada Desember lalu mengaku menggandeng ahli
pihak ketiga yang independen untuk melihat ulang setiap langkah pada proses
produksi dan quality control di Galaxy Note 7 untuk menemukan masalah utamanya.
Di sisi lain, pihak Samsung juga menyatakan bahwa mereka bekerja sama dengan banyak operator selular di
seluruh dunia untuk mengecek apakah masih ada Galaxy Note 7 yang beredar di
pasaran, meski mereka sudah memberikan pembaruan software untuk membuat ponsel
tersebut tak lagi bisa dipakai. Kemudian Tidak lupa Samsung juga melakukan recall, dan
memberikan unit pengganti ke pembeli Galaxy Note 7 sebagai ganti rugi dan bentuk pertanggungjawaban Samsung terhadap para konsumen.
*Update Informasi 23 Januari 2017
Berdasarkan
hasil investigasi, baterai yang dirilis di Galaxy Note 7 pertama, sebagaimana
KompasTekno rangkum dari konferensi pers via streaming, Senin
(23/1/2017), memiliki kelemahan desain di pojok kanan atas yang bisa
menimbulkan korsleting. Casing eksternal baterai juga dinilai terlalu kecil
untuk komponen yang ada di dalamnya. Akibatnya, elektroda baterai yang ada di
dalamnya mengalami pembengkokan dan posisi ujung elektroda negatif menekan
pojok kanan atas casing baterai. Sementara itu, baterai jenis kedua yang
dipasang di unit pengganti memiliki kendala dalam proses manufakturnya. Baterai
tersebut mudah terbakar karena ada cacat dalam proses pengelasan (penggabungan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar