-->

Sabtu, 25 Mei 2019

Studi Kasus Perusahaan dan Cara Public Relations Menanganinya



Siapa yang tidak mengetahui perusahaan raksaksa ternama Samsung asal negeri ginseng ini? Samsung Group merupakan salah satu perusahaan elektronik terbesar di dunia. Didirikan oleh Lee Byung-chull pada tanggal 1 Maret1938 di Daegu, Korea Selatan, perusahaan ini beroperasi di 58 negara dan memiliki lebih dari 208.000 pekerja. Hingga saat ini, Samsung juga menjadi salah satu merek terbesar di dunia dengan mengeluarkan ponsel cerdas yang menjadi jawara dalam persaingan bursa pasar gawai. Samsung adalah salah satu konglomerat (chaebol) Korea Selatan terbesar yang bermula sebagai perusahaan ekspor pada tahun 1938 dan dengan cepat berkembang ke bidang lainnya.


Terlepas dari besarnya perusahaan tersebut, tidak dapat mencegah Samsung untuk lepas dari masalah. Yap ! pada tahun 2016 kemarin, Samsung sempat membuat heboh masyarakat diseluruh dunia dengan meledaknya smartphone Galaxy Note 7. Penyebab meledaknya sejumlah Galaxy Note 7, Samsung disebut akan segera mengungkap masalah pada perangkat (yang seharusnya) jadi ponsel andalannya itu. Galaxy Note 7 diluncurkan pada Agustus 2016, lebih cepat sebulan dari jadwal biasanya, yang kemungkinan dilakukan agar bisa hadir lebih dulu ketimbang iPhone 7. Namun sejak awal, ponsel asal Korea Selatan ini sudah menunjukan hal yang tak beres. Tak lama setelah ponsel itu pertama dijual, sejumlah laporan mengenai meledaknya Galaxy Note 7 langsung menyebar secara cepat. Kemudian pada awal September, Samsung langsung menghentikan penjualan ponsel dengan layer 5,7 inch tersebut dan memulai investigasi penyebab meledaknya. Hal itu memaksa Samsung untuk mematikan produk anyarnya itu, yang diperkirakan bisa merugikan Samsung setidaknya miliaran dollar. Samsung sendiri kemudian memperingatkan analis dan para investornya bahwa kasus Galaxy Note 7 bisa menimbulkan kerugian sebesar USD 5,1 Miliar pada keuntungan operasinya selama tiga kuartal ke depan.  (Selasa, 3 Januari 2017)


Cara Menangani kasus : Dilansir JoongAng llbo, harian asal Korea Selatan yang dikutip detikNet, Samsung akan memberitahukan ke publik hasil investigasinya terhadap Galaxy Note 7 yang disebut mudah meledak. Sebelumnya, para pengamat dan ahli memprediksi ukuran baterai yang tidak umum membuatnya mudah terbakar. Baterai Note 7 yang bermasalah di batch pertama diketahui diproduksi oleh anak usaha Samsung sendiri, SDI. Pengumuman tersebut kemungkinan besar akan terjadi pada Januari ini. Hal ini Samsung lakukan setelah pada Desember lalu mengaku menggandeng ahli pihak ketiga yang independen untuk melihat ulang setiap langkah pada proses produksi dan quality control di Galaxy Note 7 untuk menemukan masalah utamanya. Di sisi lain, pihak Samsung juga menyatakan bahwa mereka bekerja sama dengan banyak operator selular di seluruh dunia untuk mengecek apakah masih ada Galaxy Note 7 yang beredar di pasaran, meski mereka sudah memberikan pembaruan software untuk membuat ponsel tersebut tak lagi bisa dipakai. Kemudian Tidak lupa Samsung juga melakukan recall, dan memberikan unit pengganti ke pembeli Galaxy Note 7 sebagai ganti rugi dan bentuk pertanggungjawaban Samsung terhadap para konsumen.

*Update Informasi 23 Januari 2017
Berdasarkan hasil investigasi, baterai yang dirilis di Galaxy Note 7 pertama, sebagaimana KompasTekno rangkum dari konferensi pers via streaming, Senin (23/1/2017), memiliki kelemahan desain di pojok kanan atas yang bisa menimbulkan korsleting. Casing eksternal baterai juga dinilai terlalu kecil untuk komponen yang ada di dalamnya. Akibatnya, elektroda baterai yang ada di dalamnya mengalami pembengkokan dan posisi ujung elektroda negatif menekan pojok kanan atas casing baterai. Sementara itu, baterai jenis kedua yang dipasang di unit pengganti memiliki kendala dalam proses manufakturnya. Baterai tersebut mudah terbakar karena ada cacat dalam proses pengelasan (penggabungan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar